Saturday, July 16, 2016

Demi Masa Depanmu .......

Demi merajut masa depan hidupmu yg lebih baik, berikut 3 jenis kompetensi yg layak direnungkan sepenuh hati :

Kompetensi 1 : 

Strong Need for Achievement

Ini adalah sejenis keteguhan untuk mengukir hasil kerja terbaik.

Sebuah orientasi yang kental dengan semangat untuk merajut sebuah karya yang bermakna (meaningful achievement).  Sebuah sikap untuk mempersembahkan kepingan pekerjaan yang layak diapresiasi. Apakah kamu sudah bangga dengan pencapaian yg kamu jalani selama ini? Adakah hasil karyamu yg layak dikenang? Renungkan.

Kompetensi 2 : 

Learning Spirit

Alunan ilmu terus mengalir sederas ombak di lautan, dan pengetahuan terus menetes seperti hujan di pagi hari. Lalu kalau kita tidak memiliki kegairahan untuk terus memetik sejumput ilmu, bukankah kita hanya akan menjadi manusia-manusia yang tidak relevan ? Itulah kenapa kompetensi ini begitu penting. Sebab dengan semangat untuk meringkus kepingan pengetahuan yang luas membentang, benih ketrampilan dan keahlian kita bisa terus tumbuh berkembang.

Kompetensi 3  : 

Spirituality Intelligence. 

Tentu saja hidup akan lebih mulia dan indah kalau segenap pekerjaan yang kita lakukan di kantor selalu bisa ditautkan pada sejenis pengabdian kepada Sang Pemberi Rezeki. Inilah sebuah kompetensi yang akan terus mengajak kita untuk terus bersandar pada etika moralitas, perilaku kerja yang sarat kejujuran, dan juga kuyup dengan tindakan yang penuh keluhuran.

Demikianlah tiga jenis kompetensi dan etos hidup yang mungkin layak kita genggam dengan sepenuh sukma.

Achievement orientation yang menggumpal. Learning spirit yang terus membahana. Dan semuanya dibalut dalam Spirituality intelligence yang penuh keagungan.

Hidup barangkali akan terasa begitu wangi kalau saja kita bisa menjalankan tiga kompetensi ini dengan penuh keteguhan.

Salam

Monday, July 11, 2016

WORK LIFE BALANCE MENCIPTAKAN ETOS KERJA YANG UNGGUL

“Etos kerja yang berkualitas dihasilkan dari kemampuan diri, untuk menjalani kehidupan dengan keseimbangan hidup yang kuat. Ketika keseimbangan dalam pekerjaan dan kehidupan berada ditingkat kepuasan yang tinggi, maka saat itu etos kerja akan menjadi lebih berkualitas, untuk memberikan kontribusi dan pelayanan terbaik.” ~ Djajendra

Keseimbangan kehidupan dan pekerjaan atau biasa yang disebut dengan Work Life Balance adalah cara bekerja dengan tidak mengabaikan semua aspek kehidupan kerja, pribadi, keluarga, spiritual, dan sosial.

Keseimbangan kehidupan dan pekerjaan baru dapat dimiliki seseorang, saat dirinya sudah memiliki perasaan cukup waktu dan energi, untuk melayani semua aspek penting di dalam hidupnya. Artinya, dia sudah cerdas untuk melayani dirinya sendiri, pekerjaan, keluarga, Tuhan, dan kehidupan sosialnya. Misalnya, dia merasa sudah memiliki banyak waktu dan energi untuk melakukan olah raga, berdoa, berkumpul dan makan bersama orang-orang yang dicintai, mengunjungi dan berjalan-jalan ke tempat yang dia suka, belajar untuk meningkatkan kualitas kerja, menikmati pekerjaan dengan sukacita, serta merasakan kehidupan dirinya yang sehat, sejahtera, bahagia, berkecukupan, dan berkembang.

Keseimbangan dalam kehidupan dan pekerjaan akan menghasilkan kemampuan di dalam diri, untuk bertanggung jawab penuh atas pekerjaan, keluarga, kehidupan pribadi, kehidupan sosial, serta membuat diri selalu siap dan berdaya tahan penuh, untuk melayani semua tanggung jawab dengan totalitas.

Keseimbangan hidup dan kerja ada dalam rutinitas yang cerdas melayani dan terhubung dengan semua kewajiban dan kepentingan diri, untuk mendapatkan kebahagiaan, kesehatan, kebaikan, kesejahteraan, kesenangan, dan pertumbuhan diri menjadi lebih baik.

Kemampuan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi, dalam mewujudkan komunikasi secara efektif dengan semua kepentingan diri, merupakan sebuah solusi yang cerdas dalam menjalani kehidupan yang seimbang. Perhatian dan kepedulian terhadap pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri, akan menjadikan kehidupan selalu unggul bersama keharmonisan yang solid.

Di tempat kerja, bila semua karyawan mampu menciptakan keseimbangan dalam kehidupan dan pekerjaan, maka mereka akan menghabiskan jam-jam kerjanya dengan produktif. Hal ini akan membuat setiap karyawan memiliki kesadaran untuk berkontribusi dan memberikan pelayanan unggul. Mereka juga akan terhindarkan dari budaya mengeluh, yang biasanya menjadi racun yang merusak etos kerja. Kecerdasan untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan kerja akan menciptakan kualitas kerja yang unggul, serta membuat lingkungan kerja sehari-hari lebih menyenangkan dalam disiplin dan gairah kerja yang terarah menuju prestasi puncak.

Etos kerja yang unggul akan muncul saat keseimbangan kehidupan dan pekerjaan karyawan mencapai titik puncak terkuat. Artinya, karyawan yang sudah mampu bekerja dalam keseimbangan hidup akan memiliki kesadaran, manajemen diri, motivasi diri, dan tanggung jawab yang sifatnya holistik, untuk bekerja dengan totalitas dalam upaya menghasilkan kinerja terbaik.

Work life balance membutuhkan kecerdasan moral dan motivasi, untuk menciptakan diri yang berkualitas dalam integritas kehidupan. Saat moral mampu menghasilkan sikap positif dan optimis, untuk kemajuan diri, maka saat itu diri akan bekerja dengan lebih efektif.

Work life balance juga akan meningkatkan kesehatan diri karyawan, dan hal ini berarti mengurangi absensi, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. Biasanya, karyawan-karyawan yang sehat, kuat, rajin, produktif, dan berkualitas, akan menjadi energi positif di lingkungan kerja, dan mampu menurunkan tingkat stres di tempat kerja, termasuk mampu meningkatkan semangat dan kebahagiaan di tempat kerja. Energi positif dari orang-orang yang cerdas menjalani keseimbangan kehidupan dan pekerjaan, akan meningkatkan hubungan antar pribadi yang saling melengkapi, untuk kemajuan organisasi dan pribadi masing-masing.

Work life balance menciptakan etos kerja yang unggul secara alami. Hal ini bisa terjadi, karena setiap orang yang sadar dan mampu menjalani kehidupan kerja yang seimbang, akan memiliki disiplin dan motivasi, untuk menjalankan atau mengerjakan semua tanggung jawabnya dengan totalitas dan penuh perhatian.

Keseimbangan hidup dan kerja akan menciptakan tubuh, jiwa, pikiran, dan emosi yang terhubung dengan semua tanggung jawab dalam sukacita kehidupan. Artinya, orang-orang yang seimbang dalam kerja dan kehidupan, akan memiliki perasaan dan pikiran bahwa apa yang sedang dikerjakan itu merupakan permainan yang sangat disukai atau dicintai.

Tuesday, January 26, 2016

Membebaskan Malaikat Dalam Dirimu ! (Inspirasi Soal Mencintai Pekerjaan)

Michealango sedang sibuk-sibuknya memahat. Pukulan demi pukulan sedang ia hantamkan ke sebuah bongkahan batu besar. Batu yang sangat keras dan sulit untuk dipahat. Rupa-rupanya, dari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan si seniman besar itu bekerja. Sepasang mata milik seorang anak kecil, yang lantas mendekatinya.

“Mengapa bekerja begitu keras memukul-mukul dan repot-repot memecahkan batu besar ini?”

Sang maestro lantas menjawab anak kecil itu dengan tersenyum,

“Ada malaikat di dalam batu ini dan saya sedang membebaskannya”

Di akhir cerita, hasil pahatan Michaelango itu adalah patung “David” yang terkenal.

Itulah keunggulannya ! Michaelangelo melihat “malaikat” di batu itu, lantas ia membebaskannya.
Di dalam diri setiap kita pun ada malaikatnya, sudahkah ia dibebaskan ?

Itulah sebabnya, dalam buku “The Angel Inside” karya Christ Widener, ia juga menggunakan ilustrasi Micahelangelo ini untuk menggambarkan bagaimana seseorang menemukan kebebasan dan kebahagiaan dalam apa yang dilakukannya.

Nyatanya, kebanyakan kita adalah seperti bongkahan batu. Bongkahan batu ini berisi banyak kemampuan, bakat dan ketrampilan untuk dibebaskan.

Tapi, kenyataannya batu besar ini banyak yang tidak dibebaskan. Banyak alasan mengapa batu besar ini tidak perlu direalisasikan kemampuannya. Salah satunya adalah karena kita takut kalau tidak berhasil ataupun tidak tahan melewati kesulitan dalam rangka membebaskan “malaikat” dalam diri kita.

Konon, ada sebuah kisah lain yang menarik.

Diceritakan, suatu ketika ada seorang prajurit yang meninggal dan naik ke surga. Di sana, ia bertemu dengan Tuhan dan berbincang-bincang dengan Tuhan,

“Kami tidak akan kalah dalam perang, kalau saja ada Jendral perang yang bisa memimpin kami. Dan Tuhan, bolehkah saya tau siapakah orang yang paling tepat untuk menjadi Jendral kami sebenarnya?”

Lantas Tuhanpun menunjukkan satu wajah kepadanya,

“Tidak mungkin. Tidak mungkin Tuhan, Itu kan wajah si tukang cukur. Bagaimana mungkin ia bisa jadi Jendral”.

“Justru dialah Jendralnya, kalau saja ia mau memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menjadi seorang tentara”.

“Masalahnya”, lanjut Tuhan,

“Banyak orang yang tidak pantas justru melakukan pekerjaan yang tidak seharusnya buat dia kerjakan. Sebaliknya, yang seharusnya melakukan pekerjaannya, justru tidak punya minat dengan apa yang dikerjakannya”.

Dicari : Orang Yang Bahagia Dengan Pekerjaannya

Pertanyaan penting pernah diajukan, apakah orang yang bahagia lantas hasil kerjanya bagus ataukah orang yang hasilnya bagus, lantas bahagia.

Ternyata kunci jawabannya ada di pernyataan pertama.

Tatkala orang merasa bahagia, puas dengan apa yang dilakukannya, orang menghasilkan karya-karya yang maksimal.

Lantas, pertanyaannya adalah bagaimanakah orang bisa menjadi bahagia dan puas? Jawabannya, adalah tatkala orang mencintai dan menyukai apa yang dilakukannya!

Lantas, bagaimanakah supaya orang bisa sungguh-sungguh mencintai apa yang dilakukannya?

Pertama, berlatihlah memiliki mata seperti Michaelangelo yang bisa melihat malaikat” bukan sebongkah “batu”. Mungkin selama ini, yang Anda lihat dimana-mana termasuk apa yang Anda kerjakan saat ini, hanyalah batu-batu yang keras, meletihkan serta membebani. Sudahkah Anda belajar seperti Michaelangelo, berusaha melihat malikat dibalik sebuah bongkahan batu yang membosankan dan tidak beraturan, sesuatu yang indah dan sesuatu yang menyenangkan?

Kedua, miliki tujuan kerja yang jelas. Bagi si anak kecil, apa yang dilakukan Micaheangelo adalah memecahkan batu, sementara bagi Micaelangelo ia sedang membuat pahatan. Begutulah yang sering terjadi dengan pekerjaan. Kadang, yang kita lakukan saat ini, terasa tidak menyenangkan. Banyak hal menyakitkan yang harus kita lewati. Tapi, jangan berfokus pada kerjaan sekarang tapi ingatlah dengan tujuan akhirnya. 

Misalkan saja, saat menuliskan tulisan ini, jam menunjukkan pukul 4.00 pagi, saya baru bangun dan masih agak terkantuk-kantuk. Tetapi, saya sedang mendapatkan ide dan ingin segera bisa merangkaikan kata-kata menjadi sebuah tulisan yang bisa menginspirasi orang yang membacanya. 

Bagi saya, tujuan agar bisa menghasilkan tulisan yang indah, lebih menyenangkan daripada rasa kantuk ini. 

Nah, sekarang bagaimana Anda melihat tujuan akhir dari pekerjaan yang menyakitkan, meletihkan, membosankan yang mungkin sedang Anda kerjakan saat ini. Ingatlah kalau punya tujuan akhir yang jelas, Anda pun akan lebih antusias dan lebih suka dengan apa yang Anda kerjakan. 

Percayalah!

Akhirnya, tahukah Anda bahwa batu marmer yang dipahat menjadi “David” oleh Michaelango itu adalah sebuah batu berlubang yang konon sudah dibuang di kota Florence? Tapi, batu buangan itu akhirnya bisa menjadi sebuah batu yang indah. Begitupun banyak hal yang dianggap tidak berguna dan bermanfaat. 

Tetapi, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh dedikasi, dipoles dan dikerjakan, hasilnya bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. Begitu pula setiap pekerjaan kita. Mungkin ada banyak komentar negatif diseputar apa yang Anda kerjakan. Tetapi, selama kita sungguh-sungguh melakukannya, buahnya bisa menjadi sebuah hasil yang memukau dan menakjubkan. 

Love what you do!

Sumber :

Anthony Dio Martin. The Best EQ Trainer Indonesia, motivator, trainer dan direktur HR Excellency. Host acara motivasi di jaringan radio nasional dan televisi. Email: info@hrexcellency.com. Twitter: anthony_dmartin; instagram: anthonydiomartin